A. Pengertian “Oikumenika”
Aku berdoa: " … supaya
mereka semua menjadi satu, sama seperti Engkau, ya Bapa, di dalam Aku dan Aku
di dalam Engkau, agar mereka juga di dalam kita, supaya dunia percaya, bahwa
Engkaulah yang telah mengutus Aku" (Yoh 17:21).
Perkataan di atas merupakan satu doa
yang diucapkan oleh Tuhan Yesus untuk gereja dan ini dijadikan landasan dari
gerakan Oikumene untuk mewujudkan satu gereja Kristen yang Esa di Indonesia.
Oikumenika adalah ilmu yang menyangkut
oikumene. Oikumenika membahas usaha-usaha orang-orang Kristen dan gereja-gereja
yang berbeda-beda untuk menjadi satu atau esa. Dengan sengaja dikatakan bahwa
ada perbedaan antara orang-orang Kristen dan gereja-gereja yang tertib dalam
oikumene, sebab kalau tidak ada perbedaan, mereka tidak dapat menjadi satu atau
esa. Mereka sudah satu. Jadi, dalam perkataan lain oikumene bertolak dari
perbedaan paham-paham teologis yang hendak diatasi.
B. Pengertian istilah “oikumene”
Oikumene adalah kata bahasa
Yunani, yaitu Participium Praesentis
Passivum Feminium dari kata kerja oikeo
yang berarti tinggal, berdiam, atau juga mendiami. Oleh sebab itu arti
harafiah kata oikumene adalah “yang
didiami”. Tetapi participium (oikumene) ini telah memperoleh arti khusus
sebagai kata benda. Arti pertama adalah geografis dunia yang didiami (Luk. 4:5,
Rom. 10:18, Ibr. 1:6 dll). Dari sana kata ini juga dapat berarti: seluruh umat
manusia (Kis. 17:31, 19:27, Why. 12:9). Kemudian kata oikumene juga mendapat arti politik: kekaisaran Romawi (Kis. 24:5)
dan semua penduduknya (Kis. 17:6).
Dari bidang politik istilah oikumene
dan oikumenis mulai dipakai oleh gereja. Oikumene, seluruh dunia yang didiami
dan yang dikuasai oleh kekaisaran Romawi, menjadi tempat gereja menjalani
misinya. Wilayah kerja gereja adalah oikumene. Gereja oikumenis mempunyai arti
yang sama dengan gereja universal, sebab orang-orang Kristen Yunani dan Romawi
hampir tidak menyadari bahwa di luar batas-batas kekaisaran Romawi juga
tinggal orang yang dapat menjadi sasaran Injil. Juga untuk mereka dunia yang
didiami adalah dunia yang diliputi kebudayaan Yunani-Romawi.
Arti modern kata oikumenis tidak
lagi menunjuk kepada suatu kenyataan, seperti dahulu, tetapi kepada suatu
tujuan yang hendak dicapai melalui suatu usaha dan pergumulan, yaitu gereja
yang satu (esa), kudus, am dan rasuli dari credo
(pengakuan iman), Una Sancta
(kependekan dari una sancta ecclesia
catholika et apostolika, satu gereja yang kudus, am dan rasuli) yang
dipercayai dan oleh sebab itu harus diwujudkan secara nyata.
APA ITU OIKUMENE?
Usaha-usaha oikumenis telah dijajaki
oleh gereja-gereja anggota PGI untuk terwujudnya gereja Kristen yang esa di
Indonesia. Dan nampaknya istilah Oikumene bukan lagi suatu hal yang asing,
bahkan menjadi satu mode dalam suatu kegiatan di antara beberapa gereja. Jiwa
Oikumenis sering diungkapkan dengan mengadakan suatu perayaan hari besar
Kristen, seperti: Paskah dan Natal bersama, dsbnya; sehingga ada sebagian orang
mengidentikkan kegiatan secara bersama-sama itulah Oikumene. Segala usaha
berupa pertemuan, konsultasi, rapat dan mengadakan proyek secara bersama-sama
itu sudah menyatakan kesadaran Oikumenis. Di sini jelas kesadaran Oikumenis
hanya dilihat secara lahiriah berupa kegiatan-kegiatan.
Ada sebagian orang melihat Gerakan
Oikumene sebagai suatu usaha untuk menyatukan seluruh gereja, dengan mempunyai
satu tata gereja, satu pengakuan iman, satu papan nama, satu kuasa
administratif. Pendek kata, menjadikan satu semuanya (uniformitas). Hal ini
berarti seluruh gereja, dengan berbagai latar belakang, berlainan suku, bahasa,
kebudayaan dan tradisi dileburkan menjadi satu. Akibatnya satu pihak, orang
kecewa karena sampai begitu jauh dan lama tidak ada tanda-tanda peleburan jadi
satu gereja Kristen yang esa di Indonesia. Pada pihak lain, ada orang yang
kuatir dan menjadi takut jika seluruh gereja harus meleburkan diri menjadi satu
gereja. Hal ini akan berarti setiap gereja akan kehilangan identitasnya. Maka
ada, sebagian gereja mengambil jarak dalam mengikuti gerakan Oikumene. Selama
keputusan bersama menguntungkan, maka akan ditaati. Jika tidak sesuai dengan
selera dan pendapat, maka akan saling berjalan sendiri-sendiri.
Sebenarnya gerakan Oikumene bukanlah
soal menguntungkan atau merugikan; bukan pula suatu target tertentu, di mana
gereja-gereja hanya bersikap memenuhi porsi kewajiban masing-masing untuk
memenuhi target itu. Tetapi Oikumene adalah suatu sikap iman yang mendorong
gereja-gereja untuk berjalan bersama-sama pada satu jalan dan arah yang sama.
Pada hakekatnya gereja itu sudah satu dalam Kristus yang adalah kepala gereja.
Dengan kesadaran ini mendorong gereja-gereja berjalan bersama-sama pada satu
jalan, menampakkan kesatuan gereja Yesus Kristus di dunia ini. Pemahaman ini
masih bersifat umum, untuk itu selanjutnya perlu penelahan lebih khusus dari perspektif
Alkitab.
KEPELBAGAIAN ARTI KEESAAN GEREJA
Berbicara perihal Oikumene, maka juga
harus berbicara mengenai Keesaan gereja. Sebab Oikumene dan Keesaan Gereja
mempunyai hubungan yang erat. Tujuan utama dari gerakan Oikumene adalah
perwujudan Keesaan Gereja.
Dalam sejarah perwujudan Keesaan Gereja
di Indonesia yang memakan waktu yang panjang, maka di dalamnya juga pengertian
‘keesaan’ mengalami berbagai perkembangan. Hal ini dapat dilihat melalui
hasil-hasil sidang raya dan rapat BPL PGI yang sudah diadakan.
Wujud keesaan yang dirindukan dan yang
berhasil ditetapkan oleh PGI adalah suatu gereja dengan mempunyai wadah bersama
di tingkat lokal, wilayah dan nasional yang dapat berunding, mengambil
keputusan bersama; dengan mempunyai satu pengakuan iman dan tata gereja yang
berlaku bagi semua; serta setiap gereja saling menerima, saling mengakui
sebagai sama-sama wujud pernyataan diri dari gereja Tuhan yang kudus dan am.
Namun rumusan mengenai keesaan gereja ini dirasakan lebih menekankan organisasi
daripada kesatuan dalam paham atau ajaran. Oleh sebab itu ada beberapa gereja
yang menolak pandangan ini, sehingga paling tidak masih ada dua pandangan lain
yang berbeda mengenai keesaan gereja, yakni:
- Keesaan Gereja itu secara rohani Pandangan ini sejalan dengan pernahaman akan arti gereja yaitu adanya gereja yang kelihatan dan gereja yang tidak kelihatan. Gereja yang sesungguhnya yang terdiri dari orang yang percaya kepada Tuhan Yesus, sudah mempunyai satu kesatuan dalam Kristus. Jadi keesaan yang sesungguhnya adalah bersifat rohani.
- Keesaan gereja terletak dalam berkata dan berbuat Seperti yang difirmankan dan diperbuat oleh Bapa dan Anak; atau dengan kata lain, kesatuan dalam karya/tugas sesuai dengan kehendak Bapa dan Anak. Kesatuan orang beriman atau kesatuan gereja, jikalau itu adalah kesatuan seperti yang dirindukan oleh Kristus di dalam doaNya, maka itu terletak di dalam berkata-kata dan berbuat seperti apa yang difirmankan dan diperbuat oleh Bapa dan Anak.
Pandangan mengenai keesaan gereja ada
bermacam-macam. Maka Lukas Vischer seorang tokoh Oikumene Internasional dalam
tulisannya mengungkapkan masih ada berbagai pandangan yang berbeda mengenai
keesaan gereja (Lukas Vischer, Drawn and Held Together by Recorciling Power of
Christ-Faith and Order, Paper 69, hal. 13-14).
Keesaan menuju Kedewasaan Iman Orang
Kristen dipanggil untuk mendemonstrasikan perbuatan yang sesuai seperti
difirmankan Tuhan sehingga tercipta kesatuan asasi. Namun bagaimana itu dapat
terwujud dan apakah itu menjadi tujuan akhir?
Dalam meneropong hal ini, Firman Tuhan
akan dilandaskan menurut Ef 4:1-16, di mana bagian ini juga sering dipergunakan
para ahli/tokoh Oikumene dalam membahas mengenai Keesaan Gereja.
Keesaan (=kesatuan) gereja adalah
pekerjaan Roh Kudus. Hanya pekerjaan Roh Kudus sendiri yang memungkinkan
kesatuan itu terwujud. Pengalaman dalam kesatuan ini hanya memungkinkan di
antara mereka yang telah diterangi dan didiami oleh Roh Kudus (ay. Ef 4:2-3,
band. 1Kor 12:12-13). Pada dasarnya kesatuan yang dikerjakan oleh Roh Kudus itu
tidak terlihat, bersifat rohani. Tetapi hal itu kemudian akan diungkapkan
secara nyata, terlihat melalui persekutuan di antara orang percaya. Dalam
mencapai keesaan di antara orang percaya, maka hal pertama harus dimiliki oleh
orang Kristen adalah kerendahan hati (ay. 1Kor 12:2). Dengan, kerendahan hati
akan mengantar seseorang untuk lemah lembut dan sabar; selanjutnya dalam kasih
akan membawa kerja sama di antara orang percaya, karena kasih itu tidak
mementingkan diri sendiri, tetapi mau toleransi dengan yang lain (1Kor 13:4-7).
Kesatuan di antara orang percaya/gereja
bukan merupakan tujuan akhir, melainkan kesatuan itu mempunyai tujuan untuk
pengembangan pelayanan yaitu pembangunan tubuh Kristus. Jadi keesaan itu dapat
terwujud dalam kepelbagaian karunia (ay. 1Kor 13:11-12). Kesatuan dalam iman
dibutuhkan untuk menuju kedewasaan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus. Dalam
perwujudan keesaan, gereja perlu pengenalan yang lebih mendalam tentang
Kristus, supaya dapat bertumbuh bersama dan tetap diikat dalam suatu pelayanan
yang dihangatkan dalam kasih Kristus, yang memungkinkan pertumbuhan setiap
anggota menuju kedewasaan iman (Ef 4:13-16).
Jurnal Pelita Zaman, Volume 1 No. 1 Tahun 1986, OIKUMENE DAN PEMAHAMANNYA MENURUT ALKITAB
Jurnal Pelita Zaman, Volume 1 No. 1 Tahun 1986, OIKUMENE DAN PEMAHAMANNYA MENURUT ALKITAB
Tidak ada komentar:
Posting Komentar