Kamis, 16 Oktober 2014

OIKUMENIKA

      A.      Pengertian “Oikumenika”

Aku berdoa: " …  supaya mereka semua menjadi satu, sama seperti Engkau, ya Bapa, di dalam Aku dan Aku di dalam Engkau, agar mereka juga di dalam kita, supaya dunia percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku" (Yoh 17:21).
Perkataan di atas merupakan satu doa yang diucapkan oleh Tuhan Yesus untuk gereja dan ini dijadikan landasan dari gerakan Oikumene untuk mewujudkan satu gereja Kristen yang Esa di Indonesia. 
Oikumenika adalah ilmu yang menyangkut oikumene. Oikumenika membahas usaha-usaha orang-orang Kristen dan gereja-gereja yang berbeda-beda untuk menjadi satu atau esa. Dengan sengaja dikatakan bahwa ada perbedaan antara orang-orang Kristen dan gereja-gereja yang tertib dalam oikumene, sebab kalau tidak ada perbedaan, mereka tidak dapat menjadi satu atau esa. Mereka sudah satu. Jadi, dalam perkataan lain oikumene bertolak dari perbedaan paham-paham teologis yang hendak diatasi.
     B.     Pengertian istilah “oikumene”

Oikumene adalah kata bahasa Yunani, yaitu Participium Praesentis Passivum Feminium dari kata kerja oikeo yang berarti tinggal, berdiam, atau juga mendiami. Oleh sebab itu arti harafiah kata oikumene adalah “yang didiami”. Tetapi participium (oikumene) ini telah memperoleh arti khusus sebagai kata benda. Arti pertama adalah geografis dunia yang didiami (Luk. 4:5, Rom. 10:18, Ibr. 1:6 dll). Dari sana kata ini juga dapat berarti: seluruh umat manusia (Kis. 17:31, 19:27, Why. 12:9). Kemudian kata oikumene juga mendapat arti politik: kekaisaran Romawi (Kis. 24:5) dan semua penduduknya (Kis. 17:6).

Dari bidang politik istilah oikumene dan oikumenis mulai dipakai oleh gereja. Oikumene, seluruh dunia yang didiami dan yang dikuasai oleh kekaisaran Romawi, menjadi tempat gereja menjalani misinya. Wilayah kerja gereja adalah oikumene. Gereja oikumenis mempunyai arti yang sama dengan gereja universal, sebab orang-orang Kristen Yunani dan Romawi hampir tidak menyadari bahwa di luar batas-batas kekaisaran Romawi juga tinggal orang yang dapat menjadi sasaran Injil. Juga untuk mereka dunia yang didiami adalah dunia yang diliputi kebudayaan Yunani-Romawi.
Arti modern kata oikumenis tidak lagi menunjuk kepada suatu kenyataan, seperti dahulu, tetapi kepada suatu tujuan yang hendak dicapai melalui suatu usaha dan pergumulan, yaitu gereja yang satu (esa), kudus, am dan rasuli dari credo (pengakuan iman), Una Sancta (kependekan dari una sancta ecclesia catholika et apostolika, satu gereja yang kudus, am dan rasuli) yang dipercayai dan oleh sebab itu harus diwujudkan secara nyata. 
APA ITU OIKUMENE?
Usaha-usaha oikumenis telah dijajaki oleh gereja-gereja anggota PGI untuk terwujudnya gereja Kristen yang esa di Indonesia. Dan nampaknya istilah Oikumene bukan lagi suatu hal yang asing, bahkan menjadi satu mode dalam suatu kegiatan di antara beberapa gereja. Jiwa Oikumenis sering diungkapkan dengan mengadakan suatu perayaan hari besar Kristen, seperti: Paskah dan Natal bersama, dsbnya; sehingga ada sebagian orang mengidentikkan kegiatan secara bersama-sama itulah Oikumene. Segala usaha berupa pertemuan, konsultasi, rapat dan mengadakan proyek secara bersama-sama itu sudah menyatakan kesadaran Oikumenis. Di sini jelas kesadaran Oikumenis hanya dilihat secara lahiriah berupa kegiatan-kegiatan.

Ada sebagian orang melihat Gerakan Oikumene sebagai suatu usaha untuk menyatukan seluruh gereja, dengan mempunyai satu tata gereja, satu pengakuan iman, satu papan nama, satu kuasa administratif. Pendek kata, menjadikan satu semuanya (uniformitas). Hal ini berarti seluruh gereja, dengan berbagai latar belakang, berlainan suku, bahasa, kebudayaan dan tradisi dileburkan menjadi satu. Akibatnya satu pihak, orang kecewa karena sampai begitu jauh dan lama tidak ada tanda-tanda peleburan jadi satu gereja Kristen yang esa di Indonesia. Pada pihak lain, ada orang yang kuatir dan menjadi takut jika seluruh gereja harus meleburkan diri menjadi satu gereja. Hal ini akan berarti setiap gereja akan kehilangan identitasnya. Maka ada, sebagian gereja mengambil jarak dalam mengikuti gerakan Oikumene. Selama keputusan bersama menguntungkan, maka akan ditaati. Jika tidak sesuai dengan selera dan pendapat, maka akan saling berjalan sendiri-sendiri.

Sebenarnya gerakan Oikumene bukanlah soal menguntungkan atau merugikan; bukan pula suatu target tertentu, di mana gereja-gereja hanya bersikap memenuhi porsi kewajiban masing-masing untuk memenuhi target itu. Tetapi Oikumene adalah suatu sikap iman yang mendorong gereja-gereja untuk berjalan bersama-sama pada satu jalan dan arah yang sama. Pada hakekatnya gereja itu sudah satu dalam Kristus yang adalah kepala gereja. Dengan kesadaran ini mendorong gereja-gereja berjalan bersama-sama pada satu jalan, menampakkan kesatuan gereja Yesus Kristus di dunia ini. Pemahaman ini masih bersifat umum, untuk itu selanjutnya perlu penelahan lebih khusus dari perspektif Alkitab. 
KEPELBAGAIAN ARTI KEESAAN GEREJA

Berbicara perihal Oikumene, maka juga harus berbicara mengenai Keesaan gereja. Sebab Oikumene dan Keesaan Gereja mempunyai hubungan yang erat. Tujuan utama dari gerakan Oikumene adalah perwujudan Keesaan Gereja.

Dalam sejarah perwujudan Keesaan Gereja di Indonesia yang memakan waktu yang panjang, maka di dalamnya juga pengertian ‘keesaan’ mengalami berbagai perkembangan. Hal ini dapat dilihat melalui hasil-hasil sidang raya dan rapat BPL PGI yang sudah diadakan.

Wujud keesaan yang dirindukan dan yang berhasil ditetapkan oleh PGI adalah suatu gereja dengan mempunyai wadah bersama di tingkat lokal, wilayah dan nasional yang dapat berunding, mengambil keputusan bersama; dengan mempunyai satu pengakuan iman dan tata gereja yang berlaku bagi semua; serta setiap gereja saling menerima, saling mengakui sebagai sama-sama wujud pernyataan diri dari gereja Tuhan yang kudus dan am. Namun rumusan mengenai keesaan gereja ini dirasakan lebih menekankan organisasi daripada kesatuan dalam paham atau ajaran. Oleh sebab itu ada beberapa gereja yang menolak pandangan ini, sehingga paling tidak masih ada dua pandangan lain yang berbeda mengenai keesaan gereja, yakni:

  1. Keesaan Gereja itu secara rohani Pandangan ini sejalan dengan pernahaman akan arti gereja yaitu adanya gereja yang kelihatan dan gereja yang tidak kelihatan. Gereja yang sesungguhnya yang terdiri dari orang yang percaya kepada Tuhan Yesus, sudah mempunyai satu kesatuan dalam Kristus. Jadi keesaan yang sesungguhnya adalah bersifat rohani.
  2. Keesaan gereja terletak dalam berkata dan berbuat Seperti yang difirmankan dan diperbuat oleh Bapa dan Anak; atau dengan kata lain, kesatuan dalam karya/tugas sesuai dengan kehendak Bapa dan Anak. Kesatuan orang beriman atau kesatuan gereja, jikalau itu adalah kesatuan seperti yang dirindukan oleh Kristus di dalam doaNya, maka itu terletak di dalam berkata-kata dan berbuat seperti apa yang difirmankan dan diperbuat oleh Bapa dan Anak.
Pandangan mengenai keesaan gereja ada bermacam-macam. Maka Lukas Vischer seorang tokoh Oikumene Internasional dalam tulisannya mengungkapkan masih ada berbagai pandangan yang berbeda mengenai keesaan gereja (Lukas Vischer, Drawn and Held Together by Recorciling Power of Christ-Faith and Order, Paper 69, hal. 13-14).
Keesaan menuju Kedewasaan Iman Orang Kristen dipanggil untuk mendemonstrasikan perbuatan yang sesuai seperti difirmankan Tuhan sehingga tercipta kesatuan asasi. Namun bagaimana itu dapat terwujud dan apakah itu menjadi tujuan akhir?

Dalam meneropong hal ini, Firman Tuhan akan dilandaskan menurut Ef 4:1-16, di mana bagian ini juga sering dipergunakan para ahli/tokoh Oikumene dalam membahas mengenai Keesaan Gereja.

Keesaan (=kesatuan) gereja adalah pekerjaan Roh Kudus. Hanya pekerjaan Roh Kudus sendiri yang memungkinkan kesatuan itu terwujud. Pengalaman dalam kesatuan ini hanya memungkinkan di antara mereka yang telah diterangi dan didiami oleh Roh Kudus (ay. Ef 4:2-3, band. 1Kor 12:12-13). Pada dasarnya kesatuan yang dikerjakan oleh Roh Kudus itu tidak terlihat, bersifat rohani. Tetapi hal itu kemudian akan diungkapkan secara nyata, terlihat melalui persekutuan di antara orang percaya. Dalam mencapai keesaan di antara orang percaya, maka hal pertama harus dimiliki oleh orang Kristen adalah kerendahan hati (ay. 1Kor 12:2). Dengan, kerendahan hati akan mengantar seseorang untuk lemah lembut dan sabar; selanjutnya dalam kasih akan membawa kerja sama di antara orang percaya, karena kasih itu tidak mementingkan diri sendiri, tetapi mau toleransi dengan yang lain (1Kor 13:4-7).

Kesatuan di antara orang percaya/gereja bukan merupakan tujuan akhir, melainkan kesatuan itu mempunyai tujuan untuk pengembangan pelayanan yaitu pembangunan tubuh Kristus. Jadi keesaan itu dapat terwujud dalam kepelbagaian karunia (ay. 1Kor 13:11-12). Kesatuan dalam iman dibutuhkan untuk menuju kedewasaan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus. Dalam perwujudan keesaan, gereja perlu pengenalan yang lebih mendalam tentang Kristus, supaya dapat bertumbuh bersama dan tetap diikat dalam suatu pelayanan yang dihangatkan dalam kasih Kristus, yang memungkinkan pertumbuhan setiap anggota menuju kedewasaan iman (Ef 4:13-16). 

Jurnal Pelita Zaman,  Volume 1 No. 1 Tahun 1986OIKUMENE DAN PEMAHAMANNYA MENURUT ALKITAB 
 

 

 


 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

MARS

Mahasiswa Kristen semua Ikutlah GMKI

Gerakan kita Tuhan yang serta Padanya kita berbakti

Agar bawa terang cintaNya Dalam dunia mahasiswa

Biar mereka terima padaNya Dan hidup berbahagia

Ref : Hai dengarlah suaraNya Memanggil kamu

Ikutlah menangkan jiwa Bagi Juru S’lamatmu

Kristuslah yang pimpin agar semua satu adanya

UT OMNES UNUM SINT, Itulah amsal kita

SESUATU YANG BERHARGA