1.
PENDAHULUAN
Ungkapan Ut Omnes Unum Sint sering didengar dalam
pertemuan-pertemuan GMKI, Mars GMKI ataupun
sebagai salam penutup dalam surt-surat di kalangan GMKI. Sekilas nampaknya
empat kata ini indah untuk dibaca atau didengar. Namun ungkapan ini lebih
mempunyai arti yang sangat penting karena memberi arah bagi yang
menggunakannya. Hal ini tidak saja bagi GMKI, tetapi juga menjadi ciri dari
gereja yang universal.
2.
PENGERTIAN DASAR UT OMNES UNUM SINT
Ut Omnes Unum Sint adalah ungkapan dari Alkitab dalam
bahasa Latin. Kalimat yang sama dalam Alkitab bahasa Indonesia disebut: “Supaya
mereka menjadi satu”. Kalimat ini diangkat dari Injil Yohanes 17:21.
Kata “Ur” dalam bahasa Indonesia disebut “agar” atau “supaya”,
mereupakan suatu pernyataan. Kata ini memberi arti bahwa “seharusnya atau
semestinya menjadi seperti begini, sebab beginilah sesungguhnya”. Kata “omnes”
dalam Alkitab Bahasa Indonesia disebut “mereka semua”. Kata ini berarti, semua
orang atau semua manusia. Kata “unum” dalam bahasa Indonesia diterjemahkan
dengan kata “menjadi seperti” atau “serupa dengan”. Kata terakhir “Sint” dalam
bahasa Indonesia diterjemahkan dalam kata “semuanya menjadi Satu”.
Dengan melihat pada penjelasan diatas, maka pengertian kata
“Ut Omnes Unum Sint” atau “agar semua menjadi satu” berarti bahwa adalah suatu
perintah atau pernytaan yang mutlak tentang semua manusia supaya harus menjadi
satu. Hal ini terutama pada orang-orang tang telah menjadi percaya kepada Yesus
Kristus. Mereka harus wajib menjadi satu sama dengan Yesus Kristus dengan
Bapa-Nya adalah satu. Kata kuncinya adalah satu. Ini lebih lanjut dimengerti
sebagai persatuan, kesatuan.
Unity (Persatuan, Kesatuan) adalah kata yang sering
digunakan dalam Alkitab. Pemikiran yang melatarbelakangi istilah ini adalah:
adanya kesatuan umat Allah yang dalam perjanjian lama berasal dari satu Bapa.
Persekutuan ini digambarkan oleh Pemazmur sebagai persekutuan yang diwarnai
dengan kehidupan bersama yang rukun (Mzm 13:7).
Dalam Perjanjian Baru, kesatuan itu lebih dimengerti
sebagai keadaan akibat dirobohkannya dinding pemisah antara orang Yahudi dengan
orang kafir; antara orang Yunani dengan orang bukan Yunani; antara tuan dan
hamba; antara laki-laki dan perempuan. Semua menjadi satu di dalam Yesus
Kristus (Ef. 2:12, Gal. 3:26-29). Yesus Kristus adalah satu-satunya dasar dari
kesatuan umat-Nya yang beragama itu.
Orang percaya adalah saudara-saudaradari Yesus
Kristus. Dan saudara satu terhadap yang
lain dalam satu keluarga Allah. Mereka mempunyai
satu Allah dan Bapa dari semua (Gal. 4:6).
Mereka dituntun oleh Roh yang satu menjadi tempat kediaman Allah di
dalam Roh (Gal. 2:22). Kecuali itu, mereka juga mempunyai pikiran dan perasaan
sebagaimana pikiran Kristus (Fil. 2:5), yakni kerendahan diri Yesus dan
ketaatan-Nya pada Bapa (Fil. 2:3).
Injil Yohanes menyaksikan betapa dalamnya keinginan Yesus
agar murid-murid-Nya menjadi satu. Keinginan
Yesus ini disampaikan melalui Doa
permohonan-Nya kepada Bapa. Isi doa Yesus sangat penting, sebab menyangkut
eksistensi para murid di tengah dunia, termasuk eksistensi orang percaya.
Permohonan Yesus “supaya mereka menjadi satu” dilandaskan
atas dasar kesatuan antara Bapa dan Anak.
Kristeria dasar “kesatuan” adalah kesatuan diantara Bapa dengan Anak
dalam pelbagai dimensi. Dimaksudkan supaya
kesatuan yang terjadi diantara orang yang percaya harus berakar didalam
kesatuan Bapa dan Anak (Yoh. 17:21). Hanya
oleh dan didalam kesatuan yang demikian baruhlah “dunia percaya bahwa Engkaulah
(Bapa) yang mengutus Aku (Yesus)”. Dengan
kata lain, hanya terwujud persekutuan diantara orang percaya, seperti
persekutuan Bapa dengan Anak (bdn. I Yoh. 1:3), barulah dunia percaya bahwa
Yesus adalah yang diutus oleh Allah.
Model dan ciri persekutuan seperti ini, sangat menentukan misi kita selaku orang percaya di dalam
dunia.
Pengakuan tentang suatu Gereja yang universal dan
kudus (lihat Pengakuan Iman Rasuli)
adalah pengakuan yang esensial bagi umat Allah yang bertolak dari kesadaran
akan doa Yesus ini. Kesadaran yang
mendorong orang percaya untuk tidak menciptakan perbedaan diantara sesama
anggota Gereja maupun perbedaan dengan gereja-gereja yang lain di segala abad
dan tempat. Juga mengarahkan orang percaya untuk tidak terikat pada perbedaan
ras, warna kulita, bangsa, negara, latar belakang tradisi gereja dan hal-hal
yang mempertajam perbedaan yang sama. Semuanya
satu (gereja yang universal) di dalam Kristus dan Ia sebagai Kepala atasnya.
Namun perlu digarisbawahi bahwa kesatuan Kristen yang
dimaksud disini, tidak identik dengan uniforrity, sebab Roh yang satu
memberikan karunia yang berbeda-beda (I Kor. 12:4). Ini digambarkan dengan “satu tubuh banyak
anggota” dengan fungsinya masing-masing.
Demikian Kristusadalah Kepala atas persekutuan-Nya. Mereka yang berada
dalam persekutuan dengan Kristus sert memiliki karunia yang berbeda-beda adalah
“manusia ciptaan baru”.
3.
PENUTUP
“Supaya semua menjadi satu” adalah doa Yesus yang tetap
aktual hingga kini. Dengan menjadi “satu”,
Maka dunia percaya bahwa Yesus adalah Juruselamat
dunia. Kita dipanggil untuk “menjadi
satu” sama seperti Bapa dan Anak adalah satu.
Hendaklah persatuan dan kesatuan ini senantiasa diwujudkan dalam hidup dan
pelayanan kita di Perguruan Tinggi, Gereja dan Masyarakat.
“Syalom” .....